KRUKUH, BAKSYA.COM-Di tengah kemajuan zaman dan perkembangan teknologi, nelayan di Aceh masih menggunakan cara-cara tradisional dalam menangkap ikan, seperti tradisi tarek pukat (menarik jala ikan) yang masih lestari sampai sekarang. Tradisi tarek pukat disebut-sebut sudah ada sejak masa Kesultanan Aceh pada abad ke-16.
Tarek pukat merupakan istilah yang diambil dari bahasa Aceh yang artinya “mengambil jaring/jala. Tarek pukat adalah salah satu warisan budaya masyarakat Aceh yang biasanya dilakukan oleh para nelayan di daerah pesisir untuk menangkap ikan. Tarik pukat ini biasanya di lakukan secara bergotong royong menarik jaring yang di gunakan untuk menjerat ikan dan di bawa ke daratan.
Berbagai jenis ikan kemudian terjebak dalam jaring dan terseret ke daratan. Biasanya, warga yang ingin mendapatkan ikan segar, sudah menunggu dan langsung membeli di tepian pantai.
Perubahan suhu air laut dan pola cuaca dapat mempengaruhi ekosistem laut dan populasi ikan, sehingga berdampak pada hasil tangkapan. Hasil ikan yang ditangkap tidak selalu stabil sehingga mempengaruhi kehidupan nelayan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari nya.
Selain menurunnya penghasilan, cuaca yang buruk juga menyebabkan rusak peralatan dan kapal nelayan, yang dapat memerlukan biaya perbaikan yang signifikan.
Oleh karena itu, Bagi nelayan, memahami arah mata angin adalah keterampilan penting yang membantu dalam navigasi, prediksi cuaca, dan menentukan lokasi penangkapan ikan.