LHOKSEUMAWE, BAKSYA.COM - Tari Saman, sebuah tarian tradisional yang berasal dari dataran tinggi Gayo di Aceh, Indonesia, telah lama dikenal sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang sangat penting di Nusantara. Dikenal dengan gerakannya yang dinamis dan penuh semangat, Tari Saman sering disebut sebagai "Tarian Seribu Tangan" karena keindahan formasi gerak serentak yang dilakukan oleh para penarinya.
Tari Saman berasal dari Suku Gayo yang mendiami wilayah tengah Provinsi Aceh. Tarian ini pada awalnya digunakan sebagai media dakwah oleh Syeikh Saman, seorang ulama besar pada abad ke-16. Beliau menggunakan tarian ini untuk menyebarkan ajaran Islam di kalangan masyarakat Gayo. Seiring waktu, Tari Saman berkembang menjadi bagian integral dari berbagai upacara adat dan perayaan masyarakat setempat.
Salah satu ciri khas utama Tari Saman adalah tidak adanya alat musik yang mengiringi tarian ini. Seluruh irama dan musik dihasilkan dari tepukan tangan, tamparan dada, dan paha yang dilakukan secara serempak oleh para penari. Para penari biasanya duduk berbaris dalam satu garis lurus dan menari dengan gerakan yang sangat terkoordinasi, cepat, dan kompak. Tarian ini biasanya dipimpin oleh seorang pemimpin tari yang disebut "Syeikh" yang mengatur tempo dan gerakan.
Di era modern ini, berbagai upaya terus dilakukan untuk melestarikan Tari Saman. Pemerintah daerah dan berbagai organisasi kebudayaan secara aktif mengadakan pelatihan dan pertunjukan Tari Saman baik di dalam maupun di luar negeri. Sekolah-sekolah di Aceh juga memasukkan Tari Saman dalam kurikulum ekstrakurikuler mereka untuk memastikan generasi muda mengenal dan mencintai tarian ini.
Tidak hanya itu, Tari Saman juga mengalami beberapa inovasi tanpa meninggalkan esensi tradisionalnya. Beberapa kelompok tari mengkombinasikan Tari Saman dengan elemen-elemen modern seperti pencahayaan dan kostum yang lebih variatif, membuat tarian ini semakin menarik dan relevan di mata generasi muda.
Lebih dari sekadar hiburan, Tari Saman mengandung nilai-nilai yang sangat mendalam seperti kekompakan, kebersamaan, dan kerja sama. Setiap penari harus benar-benar kompak dan saling mendukung untuk menghasilkan pertunjukan yang harmonis dan memukau. Hal ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Gayo yang sangat menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan solidaritas.